Sabtu, 04 Oktober 2014

78
80
83
79
68


Ini yang membingungkan. Kelompok saya termasuk dari sedikit kelompok yang maju presentasi SMKN, tapi entah mengapa saya, dan spertinya sebagian besar teman kelompok saya, mendapatkan nilai yang tidak memuaskan dalam mata kuliah ini. 68. Berarti B minus, nilai terkecil saya selama D4 dan termasuk salah satu penyumbang kejatuhan IP saya.

Berjam-jam kumpul kelompok, diskusi di whatsapp, membuat slide presentasi, merevisi makalah, merevisi makalah yang kedua kalinya seperti percuma. Bukan, bukan percuma, hanya tidak dihargai. Padahal banyak kelompok lain yang tidak presentasi tapi sepertinya tidak mendapatkan B-  seperti yang saya dapat. Saya kira sayalah yang mendapatkan nilai terkecil dalam matkul ini. Dan saya mulai mengira bahwa keputusan saya untuk maju presentasi adalah salah karena malah membuat nilai saya lebih jelek. Mungkin karena presentasi saya sangat jelek. Tapi, saya pikir saya pantas mendapatkan nilai atas usaha saya, setidaknya tambahan dalam nilai keaktifan. Secara ada yg tidak presentasi, bahkan saat kelompoknya presentasi dia tidak ikut serta. Ataukah nilai ujian tertulis saya segitu jeleknya sehingga tidak tertolong dengan nilai presentasi yang saya dapatkan? Saya tidak percaya.

Yang tidak kalah menyesakkan, nilai Manrisk yang hanya kurang 1 angka untuk menaikkan nilai saya dari B plus ke A minus, 79. Sebetulnya, manrisk ini menurut saya yang paling saya kuasai dari matkul lainnya. Tapi apa boleh buat kalau dosennya tidak berpikiran sama kan?? Saya jd bisa merasakan bagaimana menyesakkannya jika punya nilai tanggung seperti ini. Hanya beda satu angka saja dari golongan nilai di atasnya. Penyesalan mulai bermunculan. Kenapa kepedeean? Kenapa merasa bisa? Kenapa merasa pandai? Merasa paling bisa menaklukan matkul ini. Ini udah menyalahi perkataan mbah Plato, "I know that I know nothing". Saya telah menjadi sombong.

Memang semester ini saya merasa lebih malas, lebih banyak berdebat yang tidak perlu, jalan2 yang tidak perlu, makan enak sampai kekenyangan. Mubazir. Mubazir waktu, tenaga, uang, pikiran. Berbeda sekali dengan semester sebelumnya, dimana saya menghabiskan lumayan besar waktu saya di perpus. Membaca bahan mata kuliah, walaupun diselingi dengan tidur. Sepertinya saya sempat merasa berpuas diri dengan mendapatkan IPK tertingi ke2 di kelas dan ke6 seangkatan, padahal ternyata itu dibantu oleh beberapa dosen bonus. Goal saya pun semakin jauh, menjadi lulusan terbaik di angkatan? Tetot! Mendapatkan IPK 3,7? Tetot! Gagal total semua.

Tapi saya yakin ini semua ada hikmahnya. Saya jadi merasakan perasaan teman2 saya yang berada di kelas dengan lebih sedikit dosen bonus. Saya jadi (berusaha) lebih fokus dan menghilangkan kemalasan saya. Daripada saya baru 'ditampar' saat sidang skripsi kan? Bisa-bisa gak lulus karena gak ada waktu lagi untuk mengoreksi skripsi saya. Dan terlebih lagi, saya jadi memiliki keinginan untuk menulis blog saya yang sudah bertahun-tahun tidak dikunjungi.